Wednesday, October 10, 2012

Part 11. " Advice "


Hal yang paling menyakitkan dalam sebuah pertempuran adalah kekalahan. Lebih menyakitkan lagi jika kekalahan itu membuat kita menyerah. Kata bijak itu berputar-putar dalam otakku ketika melihat begitu banyak prajurit ETERNITY yang terluka. Tidak banyak yang bisa dilakukan saat ini. Bayangan kekalahan telak tempo hari membuat ketakutan yang menjadi-jadi. Dimana Atlantis selama ini. Figur ketua lenyap dan nyali perang memudar bersama dengan hilangnya sang ketua tanpa adanya kejelasan. Clan sebesar ini ditinggalkan begitu saja, sungguh ironi.

"Rikishi, kelak kau akan sadar bahwa aku tidak serta-merta meninggalkan clan. Kamu akan tahu betapa hebatnya ETERNITY setelah kamu memahaminya." Bisik Atlantis.

Saat mata terpejam, suara itu hadir tanpa aku bisa membalasnya. Suara Atlantis yang aku kenal selalu menuntunku untuk terus memperjuangkan clan. Beliau hidup dalam jiwa ETERNITY. Semangat itulah yang membuatku tetap tegar menghadapi semua gejolak yang ada di dalam maupun luar clan.

"BlueBell, Apa targetmu sekarang?" Tanyaku kepada Bluebell, satu-satunya BladeDancer ETERNITY. Sebelumnya pernah ada yang bernama Arnac, namun sepertinya ia tidak dapat diandalkan.

"Saat ini yang aku pikirkan adalah bagaimana bisa berguna bagi clan, walaupun sebenarnya aku lebih memilih menang tanpa harus berperang." Ujar BlueBell lirih. Kata-kata yang khas dari seorang BladeDancer. Tata bicara lembut ini membuat siapapun pasti akan terpaku padanya saat berbicara maupun melakukan dance.

"Perhatian bagi semuanya, lakukan apa yang ingin kalian lakukan. Silakan leveling setinggi-tingginya. Lupakan adat lama yang mengharuskan kita tahan level. Kini saatnya kita memperdalam jurus yang seharusnya. Meninggikan level yang semestinya. Clan dalam keadaan darurat militer. Semua wajib perang!!"
Kataku dengan suara keras. Sedemikian kerasnya sehingga aku sendiri merinding untuk mendengarkannya.

Seperti halnya member clan yang lain, akupun turut hunting untuk dapat memaksimalkan jurus dan berubah profesi tingkat lanjut. Di saat sebagian besar ETERNITY memilih untuk hunting di Forest of Death, aku lebih memilih hunting di tempat yang jauh, Blazing Swamp.

Gatekeeper Elisa terlihat sibuk. Petugas teleport Aden ini sepertinya memang selalu sibuk. Mungkin karena Aden adalah ibukota yang memiliki begitu banyak variasi tempat hunt yang membuat kota ini begitu ramai. Karena sudah pernah berkenalan sebelumnya waktu hunting di ABG, aku jadi tidak canggung lagi memintanya untuk men-teleportkanku ke Blazing Swamp. Dengan tersenyum ramah Elisa men-teleportkanku ke Blazing Swamp, Suatu area yang penuh dengan lahar panas.

Menelusuri lembah yang penuh dengan retakan tak mengurungkan niatku untuk berburu di tempat ini. Bagiku, tidak ada tempat yang indah untuk orc selain Orc Village. Jadi aku tak perlu mengeluh untuk hunting dimanapun.

Setelah 10 menit perjalanan, aku sampai di tempat terdalam dari Blazing Swamp. Di atas gunung berapi ini aku melewatkan waktu untuk berlatih hingga mengantongi banyak sertifikat. Meskpun tak jarang juga Rossovinn dan CLOUTH datang hanya untuk mengeroyokku. Sesekali aku juga pernah mengalahkan mereka berdua sekaligus, setelah memakan banyak potion juga tentunya.

"Byuuuurrr....byuurrrrr..." Suara air terjun sayup terdengar. Aku langsung bersiaga apabila ada musuh yang mendekat. Tanpa sadar aku telah menuruni gunung berapi yang curam dan berbatu ini hanya karena mengikuti arah suara air tadi.

"Bruugghhh...sssssrttttt..." Aku jatuh tergulung dari atas gunung. Untung saja tidak sampai masuk ke dalam retakan.

"Hei, sedang apa dirimu disitu." Seseorang menyapaku dan menepuk pundakku. Ia sangat mengejutkanku, Aku langsung berdiri. Karena tidak ingin terlihat lemah aku menoleh dengan berusaha berekspresi sesantai mungkin.

"Loh, Kamu ETERNITY, sebelumnya aku tidak pernah melihatmu." Tanyaku kepada elf itu penasaran. Setidaknya ini caraku untuk menghilangkan ekspresi panik.

"Tidak pernah melihatku, apa tidak pernah melihatku berperang?" Kata Elf itu sambil mengedipkan mata padaku. Dia menunduk seperti sedang menebar pesona kepadaku. Tangannya diletakkan sejajar lurus dengan perut dan akhirnya aku tau sebenarnya itu ekspresi malu-malu.

"Memangnya kamu bisa berperang?" Tanyaku meledek. Kupandangi armornya yang sepertinya masih baru. Siapapun juga pasti tahu itu adalah Dark crystal Robe, Armor dambaan para wizard. Sekilas dia terlihat elegan, tak jauh beda dengan para elf pada umumnya. Tapi yang aneh setelah aku melihat senjata yang dibawanya. Sebuah senjata yang mirip dengan begitu banyak perabotan rumah. Diantaranya mirip dengan Raket listrik, Tebah kasur hingga gitar.

"Bugg...Hayoo..liat apa?? wah dasar orc ga bisa liat elf cantik.." Elf itu memukul kepalaku dengan senjatanya. Pukulannya membuatku sadar bahwa senjata itu tidak bisa diremehkan. Permukaannya yang keras ditambah aura mistis yang ada padanya membuat item itu terlihat lebih berbahaya dari Sword of Valhala.

"Yah, minimal sekarang aku tahu apa guna dari senjata yang kamu tenteng itu." Kataku sambil mengusap-usap kepalaku. Aku tidak takut dia menyerangku karena kami memang sama-sama berlambang ETERNITY.

"Makanya jangan terlalu cepat menilai sesuatu sebelum kamu benar-benar mengenalnya." Kata Elf itu sembari menyerang monster lagi. Kata-kata itu merasuk dalam pembunuh darah kepala. Merayap hingga memaksa masuk ke dalam otakku.

Seperti sebagian besar kalimat yang pernah aku dengar, semuanya kuserap dengan baik. Walaupun dari banyaknya kata-kata penting itu aku lupa siapa yang mencetuskannya, paling ngga kata-kata itu akan berguna untukku di kemudian hari. Bagiku, mendengarkan adalah mengisi peluru yang pada suatu saat kulontarkan untuk berbicara.

"Eh,..aku belum tau namamu.." Teriakku. Tapi aku tak lagi mendapati Elf tadi berada di sekitarku. Tak lama kemudian aku mendengar ia berbisik.

"Sssstt..Aku VaraQuins ^_^."


Part 10. Mysterious Man                                       Part 13. Childish

No comments:

Post a Comment