Saturday, September 8, 2012
Part 4. " Silat lidah "
"Guz, disini aku belum kuat kayaknya, momonnya sakit-sakit." Keluhku kepada GuzCakep sambil berusaha duduk di area sumur tua Forest of Dead.
"Ya memang kamu belum bisa hunting disini Rik, Kamu harus cari tempat hunt yang sesuai levelmu." Kata GuzCakep sembari memberikan buff kepada orang-orang yang lewat yang kebanyakan dari clan ETERNITY.
"Ya kamu ikut aku hunt mau ga? aku dengar di Aden ada tempat hunting yang enak." Kataku seraya berdiri dari tempatku duduk. Terlalu payah hunt di Forest Of Dead untukku.
"Aku si asik-asik aja mau kemana aja, tapi kalo ada panggilan dari clan, aku harus ada." Kata GuzCakep sambil memberikanku buff lengkap. Terlalu lengkap sampe buff awalku hilang. GuzCakep emang Prophet istimewa, dia selalu mau membantu siapapun yang membutuhkan.
Akhirnya Aku dan GuzCakep beranjak ke kota Aden. Sebagai Ibukota, sepertinya kota ini memang paling layak. Kota besar dengan bangunan yang rapi dan bersih. Di tengahnya ada tanah lapang yang biasa dijadikan lapak-lapak orang jualan. Hugh, andai Jakarta seperti ini, gumamku dalam hati.
"Hey, Kok bengong..kita mau kemana?" Tanya GuzCakep sambil menepuk pundakku.
"Sabar, ini juga lagi mau tanya-tanya orang." Kataku berkelit, sebenarnya si aku memang bingung mau kemana.
"Ke ABG aja bro, walaupun kayaknya loe belum layak kesana." Kata seorang kamael. Pandangannya begitu aneh, sesekali dia tertawa seperti meremehkanku.
"Siapa bilang kita tidak layak, kita bisa hunt di tempat yang lebih dari ini, kenapa disini tidak?" Timpalku ketus. Aku tidak suka diremehkan. Kamael itu terlalu merendahkan bangsa orc.
"Kalo loe mampu, silakan ke Ancient Battle Ground, kita lihat nanti." Kata Kamael angkuh itu lagi. Setelah aku perhatikan, kamael itu sebenarnya wajar kalau sombong, dia menenteng pedang besar yang menyala. Sepertinya itu bukan barang yang murah.
Akhirnya aku menuju ABG. Spawn ABG terlihat ramai. Begitu banyak orang disana sampai kita harus berdesak-desakan jika ingin menuju lokasi hunting. Suasananya begitu gaduh. Sayup terdengar suara yang menggema orang-orang yang menginginkan party. Kata-kata kamael tadi masih terus terngiang di telingaku. Apa yang disembunyikan tempat seperti ini sehingga orc sepertiku dikatakan tidak layak?
GuzCakep mulai memberikanku buff. Tidak lupa juga dia memberikan buff pada dirinya sendiri. Sebagai seorang Prophet, GuzCakep sangat setia kepada teman-temannya. Dia sering terbunuh hanya karena hunting dengan temannya yang memiliki clan war. Dan untuk kesempatan kali ini, aku yang akan membahayakan nyawanya..
Setelah menelusuri jalan setapak. dari balik kabut debu yang tebal muncul segerombolan skeleton. Pedang mereka yang berkarat menunjukkan betapa lama mereka disini. Mungkin puluhan bahkan ratusan tahun. Dalam jangka waktu yang lama seperti itu, sepertinya mereka selalu reinkarnasi. Buktinya sekarang aku menemuinya juga.
"Seraannggg...." Kata salah satu skeleton yang sepertinya pemimpin mereka. Ternyata mereka telah menyadari keberadaanku.
"Awas Rik, terlalu banyak.!!" Kata GuzCakep panik.
"Tenang, kita bisa melawannya..!!" Kataku menghibur diri sambil sesekali melirik ke arah jalan. Kulihat Kamael yang tadi sedang duduk melihatku yang sedang dikerubungi skeleton. Mau ditaruh kemana mukaku jika aku tidak mampu.
"WWWughhhhh." Pisau tumpul mendarat di mukaku. Membuat guratan menyilang sampai ke leher. Darah mengucur deras. tebasan lain mengenai sela dari jari-jariku. Kutoleh ke arah GuzCakep, dia sedang berdoa menyembuhkanku. Aku terus menahan serangan dengan menyilangkan kedua Artho Nailku hingga mengakibatkan banyaknya guratan di kedua tanganku.
"Pergilah Guz, cepat pergi ke kota jangan pedulikan aku..." Aku teriak kepada GuzCakep yang sepertinya menangis. Cengeng sekali Human Mystic ini. Tidak seperti Revallina, sang wanita perkasa. Tiba-tiba aku teringat dengan sosok ketua clanku dulu. Dia mengajarkanku untuk tidak mengeluh.
"Return !!" Dengan sekejap GuzCakep menghilang setelah cahaya dari langit mengitarinya. Dia sudah terlalu sering terbunuh makanya aku menyuruhnya pergi. Aku tidak akan tega membiarkan dia terus menerus membuang sertifikat levelnya.
"Zealot !!" Kukeluarkan jurus andalan bangsa orc yang kupelajari dari High Perfect tempatku berubah job. Aku menjadi percaya diri. kekuatanku berasa berlipat-lipat. Satu persatu skeleton yang mengerubungiku aku pisah-pisahkan bagian tubuhnya hingga tidak tersisa. Setelah skeleton di sekitarku mati, tubuhku terasa amat lemas. kakiku kaku dan aku jatuh bersimpuh.
"Serbu...." Aku mendengar teriakan gerombolan skeleton yang lain sedang menuju ke arahku. Oh tidak, mereka sepertinya tidak akan habis. Setidaknya kalau aku mati kali ini, aku masih bisa menegakkan kepala. Aku mati karena dikeroyok. Aku berdoa kepada Pa'agrio agar melindungiku sambil memejamkan mata.
"ZZZRTTTTTTTT....Kraackk....ZZZZZRTTTT..KRAKKCKK..!!" Terdengar seperti suara orang menyeret. Aku belum berani membuka mata, aku berdoa terus menerus agar aku diberikan kematian yang tidak sakit. Sesaat kemudian tidak ada lagi suara-suara. Aku membuka mataku perlahan dan menoleh ke sekitar. Tidak ada skeleton satupun. Yang ada hanya kamael yang sejak tadi mengamatiku dari jauh.
"Kau menolongku?" tanyaku kepada kamael itu. Seorang kamael yang tidak sekalipun menghilangkan sikap angkuhnya.
"Gue Stylers, sudah gue bilang kan, lo ga layak disini." Kata Stylers sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kauu...!!" Aku berusaha menyerangnya, tetapi karena aku sedang sekarat akhirnya aku terjatuh lagi. terlalu menyakitkan kegagalan seperti ini.
"Kebetulan party gue butuh seseorang, loe mau melengkapinya?" Tanya Stylers
"Are you mad bro?" Jawabku penasaran. Kamael yang tadi menghinaku memintaku untuk bergabung dengannya.
"Ga perlu sok Inggris, Loe mau ga?" tanya Stylers sambil mengangkat pedang seperti hendak menebasku.
Aku terpaksa menyanggupi permintaan party Stylers. Selain karena aku tidak ada pilihan lain karena GuzCakep juga tidak kunjung datang kembali, aku juga ingin balas budi karena ia menyelamatkanku dan memberikan aku sejumlah potion penyembuh.
Stylers mengajakku ke atas Gunung. Dia menebas semua monster yang ada di gunung dengan cepat. Kami sampai di sebuah batu besar, terlihat anggota party Stylers yang lain sedang duduk sambil bergurau. Mereka membicarakan lawan clan war mereka yang pernah mati disini.
Kulihat sekeliling, tidak ada monster skeleton lagi. Hanya ada monster yang besar. Teramat besar sehingga orc sepertikupun merinding.
"Tunggu apa lagi ayo cepat mob!!" teriak Stylers sambil melotot.
"Ayo jangan bengong sekarang mob !!" Tambahnya sambil menendangku.
"Mob raksasa itu?" tanyaku sambil mengeluarkan Strider peninggalan Sapi, ntah dimana dia sekarang. Kalo sapi masih ada tentu hidupku akan lebih baik karena dia selalu menyelamatkanku ketika hunting.
"Kenapa? Lo takut? Ato memang lo ga layak disini?" Celoteh Stylers diikuti teman-temannya tertawa terbahak-bahak.
"Iya..iya.." Kataku mengangguk terpaksa. Sebenarnya aku takut, tapi apa boleh buat. Andai ada yang bisa menyelamatkanku dari kekangan burung ini.
Aku berlari mengelilingi gunung, banyak monster Doom dengan tombak panjang yang mengejarku. Aku mempercepat lari hingga kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur. Saat aku terjatuh, kulihat tubuh monster-monster tadi hancur ditabrak Stylers dengan mudah.
"Ayo mob lebih banyak, dasar lemah!!" teriak Stylers yang lagi-lagi diikuti suara tertawa dari teman-temannya.
"Bughhh!!" terlihat seorang dark elf mengayunkan perisai ke arah muka Stylers. Stylers berlari sambil mengeluarkan pet monyet yang aneh. Pet itu menyerang sang dark elf namun tidak dihiraukannya. Setelah melintas di depanku aku baru sadar sepertinya aku mengenal dark elf itu. Tidak begitu lama tubuh Stylers roboh. Stylers berhasil dikalahkan namun tidak dengan yang lain. Anggota party yang lain tiba-tiba menghilang ntah kemana. Begitu juga dengan Narraku.
Akhirnya aku mengingat siapa dark elf itu. Dia adalah Narraku. Aku masih mengingat lambang ETERNITY di dadanya. Aku hampiri Stylers yang sedang terbaring sekarat dan berkata:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment