Thursday, September 27, 2012

Part 9. " Surrender "



“Keluar kau Atlantis!! Kita duel 1 by 1!!” Teriak KaMeRaD dari luar CH. Teriakan lantang diikuti cercaan dari seluruh member SaCreD dari luar Luna Chamber ini menggerakkan seluruh bala tentara ETERNITY ikut keluar dari Clan Hall.

“Bedebah kau KaMeRaD !! harusnya kubunuh kau dari dulu !!” Kata Gilliant-Zilliant marah. Dulu KaMeRaD tiap kali ingin menaikkan level selalu dibiarkan oleh Gilliant-Zilliant.

“Mari berperang, dan setelahnya akan kukencingi mayat-mayat kalian, HAHAHA.” Kata Rossovinn angkuh.

“Diam kau Rossovinn, Tak seorangpun boleh menghina Ketuaku, Clanku dan memberku, paham kau?!?!?” Kataku sambil menarik baju Rossovinn.

“Mau kubuat mati untuk ke-berapa kalinya kau bocah!!!?!?” Kata Rossovinn seraya mengangkat Grindernya hendak menusukku.

 “BUmmmphhh….” Gilliant mendaratkan Destroyer Hammer ke kepala Rossovinn. Rosso gontai dan ambruk.

“Jangan pernah tidak sopan dengan Kapten ETERNITY, PAHAM?”  Kata Gilliant sambil menendang Rossovinn jauh-jauh..

Sesaat kemudian terdengar suara derap langkah penjaga Rune. Semua anggota ETERNITY dan SaCreD memasuki CH. Tidak begitu dengan Aku dan KaMeRaD.

“Ok, MULAI SEKARANG KITA PERANG TERBUKA. KUPASTIKAN SELURUH PRAJURIT ETERNITY AKAN SENGSARA. BAHKAN MENGEMIS DAMAI KEPADA SaCreD TIDAK AKAN MEREDAKAN KEMARAHANKU. AKAN KUBUNUH SETIAP LAMBANG ETERNITY SEUMUR HIDUPKU. BAHKAN SAAT SELURUH ANGGOTAKU TIADA, AKU AKAN TETAP MENGEJARMU ATLANTIS!! INGAT ITU !!. ITU SUMPAHKU.” Kata KaMeRaD lantang.

“Dan aku, Kupastikan namamu akan tenggelam suatu saat nanti. Bangkaimu akan menjadi makanan monster. Tak akan ada lagi The KaMeRaD. Kau akan rata bersamaan dengan kesombonganmu. Terkutuk kau dengan semua pengikutmu. Dan untuk semua prajurit SaCreD, kupastikan kalian semua akan mati jika masih berlambang SaCreD. Seumur hidupmu akan dalam ketakutan. Itu ikrarku.” Kataku tidak kalah lantang.

SaCreD diam-dam ternyata telah bergabung dengan britaniah untuk menyerang ETERNITY bersama. Total 8 clan yang pada saat itu menyerang ETERNITY membuat ETER terdesak. Banyak prajurit ETER yang meninggalkan clan karena perang tidak imbang ini. ETERNITY kemudian mengurung diri di clan hall. ETERNITY adalah clan pertama yang merasakan dikeroyok major alliance, Einherjar.

“Atlantis pengecut, dimana loe? loe takut ha?" Teriak EdwardCullen. Suaranya menggaung di seluruh dinding Clan Hall.

“Siklus Hidup memang akan selalu begini. Masa damai diiringi nyanyian gegap gempita anak-anak memutari api unggun. Masa setelahnya adalah kedengkian yang berkecamuk. Kemudian terjadi war hingga memakan jutaan jiwa. Sebagian yang lain kemudian menyadari kesia-siaannya dan mengadakan perundingan. Setelahnya akan kembali menjadi masa damai. Akan terus begitu…dan selalu begitu.” Kata salah seorang Dark Elf dengan baju biru. Dua pedang yang dibawanya cukup menunjukkan bahwa dia seorang Blade Dancer.

“Ronggeng banyak gaya…Wuuuffffhhhtttt” Dilemparkannya Tulang busuk yang dibakar dengan api Dead Spike ke arah Blade Dancer itu.

“Prankkkkzzz!!! Terdengar suara seperti peraduan dua benda keras. Setelah asap mulai lenyap baru terlihat ada apa sebenarnya. Serangan EdwardCullen ditahan oleh perisai Doom.

“Di luar kita sedang diserang, sekarang kita mau perang saudara? Ini yang kalian sebut open war?!??” Kata Atlantis yang muncul dari balik tameng Doom. Mendadak seluruh ruangan menjadi hening.

“Orang yang akan kau bunuh ini adalah anak dari seseorang yang berjasa untuk ETERNITY. Namanya Bluebell. Apakah kalian lupa dengan jasad NeoBahamut dan lust yang terbujur kaku hanya demi membantu kalian hunting ha?!?!? Bahkan lust belum nobles telah megorbankan jiwanya untuk kalian semua…” Atlantis mendadak sangat marah karena kekanak-kanakan seluruh prajurit ETERNITY.

“Menunggu titah baginda Atlantis.” Ujarku sambil bersimpuh. Diikuti sebagian yang lain.

“Selama aku masih ketua Clan disini, takkan ada siapapun yang bisa menghancurkannya. Aku sudah menyiapkan rencana untuk SaCred, begitu juga Britaniah.”

“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” Tanya Gilliant-Zilliant kepada Atlantis


“Kita akan menyerah...”


Part 8. Kudeta                                                            Part 10. Mysterious Man


Sunday, September 23, 2012

Part 8. " Kudeta "


Setelah serangan SaCreD tempo hari wajar member ETERNITY menjadi tegang, Terutama Atlantis. Kudapati dia seringkali berbincang dengan Daywalker secara serius. Mereka mungkin membicarakan tentang masa depan ETERNITY. Atlantis pandai mengungkapkan kata bahkan mampu mempengaruhi orang dalam waktu sekejap karena logika yang dimilikinya memang sangat nyata. Dia mampu mengubah seorang pecundang menjadi paling bersemangat diantara kaumnya. Sekilas terlihat seperti Kapten Jack Sparrow dalam film Pirate Caribean yang ahli dalam berperang maupun bernegosiasi. Walaupun lokasi pertemuan mereka di tempat umum clan alias di clan hall, sepertinya tidak satupun dari member yang lain mau peduli dengan politik clan. Apalagi TyaZzz dan Caesar yang selalu asyik membuat soul slot. Seakan-akan mereka tidak peduli hal lain selain uang.

"Rikishi, kemarilah..Kuperhatikan kau dari tadi menonton kami berbincang..bergabunglah kemari.." Kata Atlantis sembari melambaikan tangannya kepadaku. Dari sekian banyak member kenapa aku yang baru yang diajak bergabung? Ini sangatlah tidak wajar.

"Ii..iya..."  Aku menjawabnya dengan suara berat. Suara khas seseorang dari desa orc sepertiku. Ras yang sangat mengagungkan Dewa api, Paagrio.

"Duduk di sebelahku, kita sedang berbicara masa depan ETERNITY, kamu tertarik?" Tanya Atlantis dengan tersenyum. Wibawa dari leader clan ini membuat siapapun pasti akan tunduk. Pemimpin berkharisma yang sangat jarang ditemui dimanapun. Andai saja ada pemimpin seperti ini di Indonesia.

"Hey jangan melamun, Atlantis sedang bicara kepadamu, dasar orc maho." Kata DayWalker sambil memukul kepalaku dengan Nightmare shieldnya. Perisai yang terlihat sangat keras dengan warna merah.

"Aku denger kali, Aku emang maho, MAfia HOngkong!" Celetukku sambil menggerakkan Artho Nailku untuk menyingkirkan Nightmare Shield DayWalker dari kepalaku.

Sabetan Artho Nailku tidak menggores Nightmare Shield Daywalker sedikitpun. Yang ada malah Artho nailku menjadi bengkok. Daywalker tertawa terpingkal karena melihat Artho Nailku bengkok. Dia mempertontonkan tulisan Foundation pada Nightmare Shieldnya yang notabene Limited Edition  pada masa itu.

Aku mulai mengerti apa itu gengsi sebagai prajurit ETERNITY. Kulihat ke sekitar, sebagian besar prajurit ETERNITY meskipun levelnya kecil tetapi ekuip yang dikenakannya luar biasa. Sebut saja SoulMagician yang mengenakan Sword of Miracles menyala terang yang akhirnya aku tahu itu +6, Chillout sang Tanker Flamboyant membawa binatang hitam juga mengenakan Armor set Nightmare asli apalagi Daywalker yang aku curiga seluruh ekuipnya foundation.

"Rikishi, kamu ingat aku pernah memberikan wejangan kepadamu bahwa kamu akan dimuliakan dengan pengembaraan?" Tanya Atlantis serius dan membuatku tersentak.

"Dulu saat aku dikeluarkan dari ETERNITY? Of course, then why?" Tanyaku

"Ga perlu sok english lah, bahasa sehari-hari aja napa sih, dasar orc, gede badan doang." Ejek DayWalker

"Eh dipikir ane masih takut ama dark elf ha? sembarangan aja, ane sate tau rasa!" Kataku sedikit galak.

"Kalian bisa lebih dewasa ga!?!?" Bentak Atlantis. Seluruh ruangan clan hall segera melihat ke arah kami. Tanpa ada suara, hening sejenak. Aku tidak pernah melihat Atlantis semarah ini.

"Tentu bisa Baginda." Kataku ingin menenangkan. Dark Elf pendiam memang lebih menakutkan jika sedang marah.

"Kita akan bertarung nanti, suatu saat." Bisik DayWalker walau sebanarnya aku tak mempedulikannya.

"Clan kita ini terancam akan diserang kalian masih bisa bercanda ha?" Tanya Atlantis dengan nada tinggi.

"Bruaarrrrr...." Guci di sebelah Atlantis meledak. Sesaat setelahnya semua menoleh ke arah serangan yang membuat guci kesayangan Atlantis ini hancur.

"Sejak kapan ETERNITY mengenal rasa takut ha? SEJAK KAPAN ?!?! SaCreD yang dulu pernah mengemis damai kepada kita dan sekarang dia menyerang balik kita takut? OMONG KOSONG APA INI HA?!?!?" Teriak SoulMagician marah. Dark Elf satu ini mungkin termasuk andalan ETERNITY karena Sword of Miracles di tangannya tidak ada duanya.

"Gw yang akan membantai SaCreD sendiri kalau kalian tidak berani, PAHAM!?!?" Kata salah seorang di sebelah SoulMagician yang belakangan aku tau namanya KokomDebora.

"Untuk masalah hunting silakan serahkan kepada saya dan lust, jika memang clan terdesak tidak bisa hunting." Kata NeoBahamut menenangkan yang lainnya. NeoBahamut adalah orang yang berjasa di ETERNITY. Beliau membantu semua anggota ETERNITY yang susah leveling dari level kecil.

"Aku tergerak dengan apa yang kalian bicarakan, memang benar ETERNITY tidak pernah merasa takut kepada siapapun, memang benar clan ini berdiri sudah lama bahkan dari kehidupan sebelumnya di C3 maupun C4, tapi apakah kalian tidak mengerti bahwa Atlantis belum mengutarakan apa yang dia khawatirkan?." Kataku memotong pembicaraan. Sejenak Clan Hall terasa Hening. Semua mata menatap ke arahku.

"Baby orc mau sok pintar rupanya, duel lawan gue dolo kalau loe menang baru loe boleh ikut bicara." Kata EdwardCullen dengan sombong. Aku mendiamkannya karena aku memang pernah kalah tanpa perlawanan dengannya.

"Saya sudah boleh berbicara kawan-kawan?" Tanya Atlantis dengan ramah. Dia masih bisa ramah di saat panas seperti ini. Pikirannya tetap dingin walaupun dia sempat marah beberapa menit yang lalu.

"Memang setelah kita menang telak dengan SaCreD, SaCreD pernah menyerah karena seorang kamael yang mendatangi kita menginginkan demikian. Tapi tentu kalian ingat sebenarnya bahaya besar dari SaCreD itu datang dari leadernya yaitu KaMeRaD. Kepemimpinan beliau akan dapat menggerakkan 100% anggota clan dengan sekali seruan. Beliau bukan orang sembarangan. Human memang memiliki kepiawaian sendiri dalam berorasi. Lantas itu yang saya khawatirkan? tentu saja bukan." terang Atlantis.

"Saya bermimpi tentang teman saya dari clan di kota Aden. Dia memakai lambang ETERNITY dan menjilat sepatu saya hingga meleleh. Saya artikan ini sebagai pengkhianatan besar-besaran dari dalam dan luar clan. Itulah yang sedang kami perbincangkan dan kami khawatirkan." Tambah Atlantis serius.

"Jadi maksud Baginda, Einherjar?"



Part 7. Raid Boss                                                           Part 9. Surrender


Monday, September 17, 2012

Part 7. " Raid Boss "



"Aku udahan ya all, clan lagi butuhin aku." Ujar GuzCakep sembari langsung return ke kota seketika. Hal ini sangat biasa karena GuzCakep memang prophet paling setia kepada clan. Kapanpun jika diminta dia akan selalu ada buat clan.

Valley of Saint yang tadinya nampak beberapa anggota ETERNITY sedang hunting mendadak menjadi sepi. Tempat yang tadinya biasa saja ini mendadak menjadi menyeramkan. Puluhan monster tiba-tiba datang dari segala arah hingga membuat nyaliku menciut. Aku lihat ke belakang ternyata masih ada TotonQ yang sedang hunting. Praktis hanya tinggal aku dan TotonQ di tempat ini.

"Wufffhhhh..." Kulemparkan api ke arah TotonQ sehingga membuat tubuhku berwarna ungu. Hal itu sempat membuatnya kaget sehingga dengan seketika Palunya yang besar berwarna biru menyala mengayun ke kepalaku. Rasanya sakit bukan main terkena serangan Crush of Doom.

"EH..Maaf Rik...jangan bercanda disini, musuh sewaktu-waktu akan datang kalau kita lengah." Kata TotonQ serius. Aku tidak pernah melihat dia seserius ini.

"Musuh kita yang mana sih? selama aku di ETER, ga pernah keliatan." Tanyaku penasaran.

"Mereka biasa datang malam-malam dan dengan tiba-tiba." Kata TotonQ sembari menyodorkan Blessed Scroll of Escape - Clan hall.

"Ah aku tidak membutuhkannya, bagiku terlalu pengecut memakai item kabur seperti itu." Kataku ga mau disepelekan sambil membuang arah pandangan ke arah lain. Seorang Rikishi Blessed? Nothing!! Kutolak pemberian TotonQ itu dengan melipatkan kembali tangan TotonQ untuk menggenggam scroll tersebut.

Terdengar suara Atlantis memanggil seluruh anggota clan untuk Raid boss. Aku dan TotonQ segera mengakhiri hunting. Lagian di Valley of Saint sudah tidak seru lagi karena terlalu sepi. Malah menyeramkan yang ada.

Singkat cerita Aku dan TotonQ diajak party oleh Amduscias yang sudah berada di Command channel milik Atlantis sehingga seluruh anggota clan dapat mendengar suara Atlantis dengan jelas.  Kulihat di list command channel, kebanyakan anggota yang ikut adalah dengan level maksimum 61. Aku tertawa terpingkal setelah melihat Atlantis ternyata juga level 61. Cupu sekali sebagai seorang leader clan dengan Clan Hall di Rune.

"Silakan gelontorkan level kalian menjadi level 61." Seru Atlantis diikuti banyak anggota ETERNITY berperilaku aneh. Ini clan pemuja setan apa gimana pikirku. Masa turunin level? Ah sudahlah, walau karena terpaksa, aku juga mengikuti perintah ini. Karena clan ada di atas segalanya.

"Sudah siap semua? Rebuff lengkap sekarang, mulai menyerang dengan aba-abaku." Atlantis menimpali lagi kata-katanya yang tadi. Kali ini dengan nada serius. BlazeGlory sang dukun clan langsung memulai buff yang dia miliki. Buff khusus untuk anggota clan. Semua anggota clan terlihat sibuk, terutama Puella yang membagi-bagikan buff sayap kuning yang belakangan aku ketahui namanya adalah Noblesse Blessing. GuzCakep-pun memberikan buff pelengkap kepada yang kurang sehingga tidak kurang satu buff-pun.

"Mulai !!" Atlantis berseru berikut dengan semua anggota clan menghajar salah satu Raid Boss di Forsaken plain. Aku tidak tahu tempatnya karena memang aku dan TotonQ tadi di call oleh Amduscias. berpindah tempat dengan teleportase jika satu grub dengan summoner. Cara Efisien yang secara tidak langsung membuatku yang malas menjadi bertambah malas.

Sesekali kupandangi seluruh anggota ETERNITY. Biarpun dengan level 61, serangan yang diberikan kepada Raid Boss tergolong besar, bahkan Orc seperti Aku dan TotonQ-pun tidak dapat menandingi. Dari yang aku lihat, Soulmagician dan EdwardCullen memiliki damage yang besar meski harus berdarah-darah menggunakan Curse Death Link. Spongebob dengan serangan angin juga tidak kalah besar damagenya dibandingkan aku yang hanya sepertiga serangannya. Karena tidak siaga dan banyak melamun, tanpa sadar aku terkena serangan raid boss. Membuat mukaku benjol >,<

"Serbu...Serang...." Terdengar suara dari kejauhan yang jelas bukan suara Atlantis. Sekian detik kemudian puluhan pasukan dengan lembang oranye datang dan langsung menyerang barisan prajurit ETERNITY yang sedang Raid Boss.

Tiba-tiba tubuhku terasa semakin kuat. Belasan serangan yang mengenaiku seperti tidak berasa. Dukungan penuh dari seluruh anggota party yang lengkap membuat kami seperti tak terkalahkan. Apalagi ada Puella dan Chlo3 yang kapan saja bisa menyembuhkan luka parah bahkan menghidupkan yang mati dalam sekali jurus. Para prajurit berlambang orange seketika lenyap. Mungkin kembali ke markasnya. Mengurungkan niat untuk menggagalkan kami mencari nafkah dari raidboss.

"Tetap siaga Rik, mereka biasanya pantang menyerah." Kata TotonQ sambil merapat ke arahku sambil mengangkat Palu birunya tinggi-tinggi.

"Emang mereka Siapa TonQ? sepertinya aku mengenalinya..." tanyaku penasaran. Akupun menggenggam erat Artho Nailku. Siaga kapanpun mereka datang kembali.

"Mereka adalah SaCreD."


Part 6. Resurrection                                                            Part 8. Kudeta

Thursday, September 13, 2012

Part 6. " Resurrection "



 "Rikishi, bangunlah.." Sayup terdengar suara seseorang yang memanggilku. Suara orang yang aku kenal namun tidak tahu siapa. Yang aku tahu, aku berada di padang pasir yang begitu luas. Teramat luas sampai aku tidak dapat melihat ujungnya.

"Lewat sini Rik, .." Suara itu datang lagi. Kali ini aku mengikuti arah suara itu. Aku berjalan sehingga menemui seseorang berbaju putih dan bersinar terang.

Aku Einhasad. Sudah terlalu lama kamu tertidur. Kamu harus bangun untuk menjalankan suatu kearifan. Kamu dibekali dengan indra yang tidak semua orang memilikinya. Kamu akan disegani dengan caramu bernegosiasi. Gunakanlah kelebihanmu untuk menjadi seseorang yang hebat suatu saat nanti. Pejamkan matamu sejenak wahai legenda.

Aku mengikuti perintah Einhasad. Kupejamkan mata beberapa saat, mendadak tubuhku lemas dan tidak dapat digerakkan. Sesaat kemudian aku membuka mata, kudapati tubuhku berada di atas batu yang besar. Di dekat tempatku terbaring, seorang Elf sedang merapalkan mantra kepadaku. Tubuhku menjadi ringan dan mulai terasa pulih.

"Siapa kamu? mengapa menolongku?" Tanyaku memberanikan diri. Sebelumnya aku tidak pernah melihat elf ini.

"Aku Paris, Atlantis yang memerintahkanku untuk menolongmu." Kata Elf tadi sambil sesekali menyebut mantra "Inquisitor: jika ada Vampire yang mendekat.

"Aku ada dimana?" Sambil memutar tubuhku ke kiri dan ke kanan melihat sekeliling.

"Kamu ada di Forest of Dead, lekas berdiri dan pergilah, kecuali kalau kau ingin dimakan vampire disini." Ujar Paris sembari menyodorkan gulungan kepadaku yang belakangan aku tahu itu Blessed Scroll of Escape-Clan Hall.

Kulihat di dadaku sudah ada lambang ETERNITY. Aku direkrut lagi oleh ETERNITY untuk kedua kalinya. Segera kubuka gulungan tadi, dengan sekejap aku telah berada di Clan Hall ETERNITY. Aku sudah tidak lagi menutup mata ketika menggunakannya karena aku sudah pernah menggunakannya saat pulang dari Ancient Battle Ground.

"Halo selamat datang brother, Gw TotonQ." Sapa salah seorang Orc sambil mempertontonkan ototnya. Dasar orc, 1% otak 99% Otot umpatku dalam hati tanpa menyadari bahwa aku juga seorang orc.

"Hahaha ketemu lagi kita Kapten." Kata GILLIANT-ZILLIAN.Aku masih sulit membedakan mana yang GILLIAN mana yang ZILLIAN. Mereka begitu mirip dan suaranyapun sama. Jadi aku menyebut dua nama sekaligus.

"Aku sekarang ETERNITY?" tanyaku dengan sedikit bingung. Aku pernah dikeluarkan dan sekarang masuk lagi. Ada apa ini pikirku dalam hati.

"Setiap Academy yang lulus akan otomatis keluar dari clan sebagai bukti telah lulus." Kata salah seorang dari belakang GILLIANT-ZILLIAN. Wajahnya tidak terlihat sampai kedua orc kembar tersebut menyingkir dari hadapanku. Ternyata suara itu adalah suara ketua ETERNITY, Atlantis.

Aku langsung menjabat tangan Atlantis. Dia begitu berwibawa dengan armornya yang sekarang. Dia telah menggunakan armor coklat seperti yang dipakai oleh Daywalker. Sepintas aku jadi teringat dengan daywalker, kemana dia tanyaku dalam hati.

"Daywalker sedang mencari sertifikat level di Blazing Swamp." Tambah Atlantis. Dia seperti tahu semua yang ada di pikiranku. Sampai-sampai aku ingin berkata apapun dia tahu.

Selepas menjawab pertanyaan batin dariku kemudian dia menghilang. Bukan karena dia sakti, tetapi memang dia diteleportkan oleh Penjaga Clan Hall yang bernama Jack.

"Ayo kita hunt Rik, kita sudah ketinggalan level jauh dari musuh."  Kata TotonQ sambil meminta Jack untuk menteleportkannya. Dan beberapa saat kemudian dia juga menghilang.

Dasar orc aneh, katanya mau ngajak hunt tapi ga sebut tempat keluhku dalam hati. Aku bertanya kepada Jack kemana perginya TotonQ tetapi Jack tidak mau memberitahu.

"Oiya gw lupa, gw hunt di Valley sf Saints." terdengar seperti TotonQ berbisik kepadaku. Sekali lagi aku terkejut, apa semua orang di ETERNITY bisa membaca pikiran orang?

Akhirnya aku sampai di spawn Valley of Saints. Tempat ini begitu mengagumkan. Patung besar seperti orang membawa buku berdiri kokoh. Suatu bangunan pencakar langit yang eksotis. TotonQ menjelaskan aku bagaimana cara hunting di tempat ini. Diperlukan aksesoris khusus untuk dapat menahan serangan monster disini. Aku juga harus berhati-hati karena bila aku tersesat, bisa saja aku menemui Raid boss dengan nama Barakiel. Raid boss itu tidak segan-segan akan membunuh siapa saja yang mengusik kedaulatannya.

Tiba-tiba ada seorang human dari ETERNITY menantangku untuk melakukan duel. Kuiyakan tantangannya dan kami mulai merapalkan jurus masing-masing. Kupanggil roh Ogre untuk membantuku menahan serangan namun terhenti karena tiba-tiba aku tidak dapat bergerak. Tubuhku kaku dengan sekali jurus. Setelah puas mempermainkanku dengan berjoget didepanku yang seperti menjadi patung. Dia menyelesaikan duel dengan mengalahkanku. Sungguh jurus yang merepotkan. Serangannya tidak begitu berasa namun kutukannya begitu berbahaya.

Setelah mengakhiri duel Human tersebut mengajak duel orang lain. Aku amati ternyata Human tersebut hanya melakukan duel sepanjang hari. Tidak ada keinginannya untuk hunting lagi. Apa mungkin karena tidak ada yang mengalahkannya maka dia merasa tidak butuh hunting lagi gumamku dalam hati.

"TonQ, human yang menantangku tadi siapa? mengapa dia hanya duel sepanjang hari tanpa berusaha mencari sertifikat level ataupun mencari barang berharga dari perut monster seperti kita?" Tanyaku kepada TotonQ yang sepertinya sedang kepayahan terkena serangan monster Splendor.

"Dia EdwardCullen, kamu akan sangat mengenalnya nanti."



Part 5. Be carefull                                                            Part 7. Raid Boss





Monday, September 10, 2012

Part 5. " Be Carefull "


Setelah lepas dari perbudakan seorang kamael bukannya hidup menjadi lebih baik malah lebih mengenaskan. Aku berjalan tak tentu arah. Melihat monster apapun aku jadi takut. Takut kejadian di Ancient Battleground itu terulang. Puluhan monster yang membuatku takut, trauma ini membuat ukiran sendiri dalam ingatanku, menggores tiap inci isinya hingga membentuk paranoid tersendiri.

Setelah begitu lelah aku berjalan, aku teringat dengan gulungan dan kantong yang diberikan oleh lust. Terlalu banyak mengeluh membuatku lupa akan hal itu. Aku membuka salah satu scroll dengan menarik benang sutra yang mengikatnya. Sinar yang begitu terang keluar dari dalamnya sehingga membuatku harus menutup mata. Setelah beberapa detik, terdengar suara gaduh seperti pasar. Perlahan kubuka mata, ternyata aku sudah berada di kota Aden.

Aku bergegas menuju ke kota Rune. Tujuanku adalah mencari GuzCakep. Mungkin aku dapat menemui dia disana. atau paling tidak, menanyakan keberadaannya kepada anggota clan yang lain.

Clan hall yang berbentuk sangat mirip membuatku kebingungan. Setelah lama melakukan pencarian, aku akhirnya menemui salah satu clan hall di rune yang pintunya sedang terbuka. Aku langsung saja memasukinya. Seharusnya tidak akan masalah jika masuk, karena ini milik ETERNITY.

"Siapa Kamu !?!?!?" Teriak seorang berbaju coklat. Sekilas seperti pakaian seragam clan.

"Aku Rikishi, kamu anggota ETERNITY?" Tanyaku polos.

"Ha? ETER?!? HA HA HA HA..SIAPA KAMU?!?." Pria itu tiba-tiba tertawa lepas. Setelah itu dia menodongkan kedua pedang peraknya kepadaku seperti hendak mengeluarkan jurus.

"Aa..aku mencari GuzCakep temanku anak ETERNITY." Kataku dengan bibir bergetar. Semakin gemetar mengetahui terlalu banyak orang yang mengerumuniku.

"Wah dia ETER, bunuh saja!?!" Kata seseorang yang baru datang. Sepertinya dia tyrant juga, hanya saja pakaian yang dikenakannya senada dengan pria tadi. Betul kan itu baju clan, ah aku salah masuk clan hall ini keluhku dalam hati.

"Habisi saja jangan ada ampun." Kata Seorang Wanita. Wajahnya seperti pembunuh berdarah dingin. Sangat mengerikan bagi sosok seorang wanita bersayap.

"Iya, ReiTanaka benar, Habisi saja dia !!." teriak seseorang yang tidak nampak wajahnya dari belakang. Diikuti sorak dari yang lainnya. Situasi ini membuatku bingung, kulihat satu persatu dari mereka, tidak satupun aku mengenalnya. 

Aku diseret hingga ke pusat kota Rune. Diarak seperti monster yang layak dimatikan. Aku jadi merasa iba dengan monster yang biasanya kubunuh. Apakah mereka juga merasa sepertiku.

"Jrruuuphhh." Sebuah senjata anggar menusuk lambungku. Membuyarkan aku dari lamunan yang sejak tadi membuatku mati rasa akan penyiksaan.

"Kau menyedihkan, ha ha ha." Kata orc dengan rambut mo-hawk. Dia berkata begitu dekat, persis di telingaku sehingga aku dapat membaca nama yang tertulis di dadanya.

"Suatu saat gw akan mengalahkanmu di medan laga, camkan itu Rossovinn !!" Jawabku sedikit menggertak. Ketakutan yang berlebihan kadang memberikan keberanian yang luar biasa. Orc fighter itu sepertinya kaget karena aku mengenalnya.

"WAH BERANI BERTINGKAH RUPANYA? SUDAH MAU MATI MASIH NGELAWAK?!?!" Human Fighter angkuh yang menemuiku pertama kali tadi menarikku ke luar kota. Sangat jauh hingga ke ujung barat kota Rune. Disana saksi bisu kedua pedang perak menusuk dadaku hingga tembus ke punggung. Sesaat kemudian eluruh tubuh lelaki itu menjadi merah seperti iblis. Dia tertawa lepas seperti memuja kematian. Menikmati indahnya kematianku. Kata-kata darinya yang kudengar sesaat sebelum tubuhku lenyap adalah :

"Be Carefull, I'm The KaMeRaD !!"


Part 4. Silat Lidah                                                            Part 6. Resurrection


Saturday, September 8, 2012

Part 4. " Silat lidah "




 
"Guz, disini aku belum kuat kayaknya, momonnya sakit-sakit." Keluhku kepada GuzCakep sambil berusaha duduk di area sumur tua Forest of Dead.

"Ya memang kamu belum bisa hunting disini Rik, Kamu harus cari tempat hunt yang sesuai levelmu." Kata GuzCakep sembari memberikan buff kepada orang-orang yang lewat yang kebanyakan dari clan ETERNITY.

"Ya kamu ikut aku hunt mau ga? aku dengar di Aden ada tempat hunting yang enak." Kataku seraya berdiri dari tempatku duduk. Terlalu payah hunt di Forest Of Dead untukku.

"Aku si asik-asik aja mau kemana aja, tapi kalo ada panggilan dari clan, aku harus ada." Kata GuzCakep sambil memberikanku buff lengkap. Terlalu lengkap sampe buff awalku hilang. GuzCakep emang Prophet istimewa, dia selalu mau membantu siapapun yang membutuhkan.

Akhirnya Aku dan GuzCakep beranjak ke kota Aden. Sebagai Ibukota, sepertinya kota ini memang paling layak. Kota besar dengan bangunan yang rapi dan bersih. Di tengahnya ada tanah lapang yang biasa dijadikan lapak-lapak orang jualan. Hugh, andai Jakarta seperti ini, gumamku dalam hati.

"Hey, Kok bengong..kita mau kemana?" Tanya GuzCakep sambil menepuk pundakku.

"Sabar, ini juga lagi mau tanya-tanya orang." Kataku berkelit, sebenarnya si aku memang bingung mau kemana.

"Ke ABG aja bro, walaupun kayaknya loe belum layak kesana." Kata seorang kamael. Pandangannya begitu aneh, sesekali dia tertawa seperti meremehkanku.

"Siapa bilang kita tidak layak, kita bisa hunt di tempat yang lebih dari ini, kenapa disini tidak?" Timpalku ketus. Aku tidak suka diremehkan. Kamael itu terlalu merendahkan bangsa orc.

"Kalo loe mampu, silakan ke Ancient Battle Ground, kita lihat nanti." Kata Kamael angkuh itu lagi. Setelah aku perhatikan, kamael itu sebenarnya wajar kalau sombong, dia menenteng pedang besar yang menyala. Sepertinya itu bukan barang yang murah.

Akhirnya aku menuju ABG. Spawn ABG terlihat ramai. Begitu banyak orang disana sampai kita harus berdesak-desakan jika ingin menuju lokasi hunting. Suasananya begitu gaduh. Sayup terdengar suara yang menggema orang-orang yang menginginkan party. Kata-kata kamael tadi masih terus terngiang di telingaku. Apa yang disembunyikan tempat seperti ini sehingga orc sepertiku dikatakan tidak layak?

GuzCakep mulai memberikanku buff. Tidak lupa juga dia memberikan buff pada dirinya sendiri. Sebagai seorang Prophet, GuzCakep sangat setia kepada teman-temannya. Dia sering terbunuh hanya karena hunting dengan temannya yang memiliki clan war. Dan untuk kesempatan kali ini, aku yang akan membahayakan nyawanya..

Setelah menelusuri jalan setapak. dari balik kabut debu yang tebal muncul segerombolan skeleton. Pedang mereka yang berkarat menunjukkan betapa lama mereka disini. Mungkin puluhan bahkan ratusan tahun. Dalam jangka waktu yang lama seperti itu, sepertinya mereka selalu reinkarnasi. Buktinya sekarang aku menemuinya juga.

"Seraannggg...." Kata salah satu skeleton yang sepertinya pemimpin mereka. Ternyata mereka telah menyadari keberadaanku.

"Awas Rik, terlalu banyak.!!" Kata GuzCakep panik.

"Tenang, kita bisa melawannya..!!" Kataku menghibur diri sambil sesekali melirik ke arah jalan. Kulihat Kamael yang tadi sedang duduk melihatku yang sedang dikerubungi skeleton. Mau ditaruh kemana mukaku jika aku tidak mampu.

"WWWughhhhh." Pisau tumpul mendarat di mukaku. Membuat guratan menyilang sampai ke leher. Darah mengucur deras. tebasan lain mengenai sela dari jari-jariku. Kutoleh ke arah GuzCakep, dia sedang berdoa menyembuhkanku. Aku terus menahan serangan dengan menyilangkan kedua Artho Nailku hingga mengakibatkan banyaknya guratan di kedua tanganku.

"Pergilah Guz, cepat pergi ke kota jangan pedulikan aku..." Aku teriak kepada GuzCakep yang sepertinya menangis. Cengeng sekali Human Mystic ini. Tidak seperti Revallina, sang wanita perkasa. Tiba-tiba aku teringat dengan sosok ketua clanku dulu. Dia mengajarkanku untuk tidak mengeluh.

"Return !!" Dengan sekejap GuzCakep menghilang setelah cahaya dari langit mengitarinya. Dia sudah terlalu sering terbunuh makanya aku menyuruhnya pergi. Aku tidak akan tega membiarkan dia terus menerus membuang sertifikat levelnya.

"Zealot !!" Kukeluarkan jurus andalan bangsa orc yang kupelajari dari High Perfect tempatku berubah job. Aku menjadi percaya diri. kekuatanku berasa berlipat-lipat. Satu persatu skeleton yang mengerubungiku aku pisah-pisahkan bagian tubuhnya hingga tidak tersisa. Setelah skeleton di sekitarku mati, tubuhku terasa amat lemas. kakiku kaku dan aku jatuh bersimpuh.

"Serbu...." Aku mendengar teriakan gerombolan skeleton yang lain sedang menuju ke arahku. Oh tidak, mereka sepertinya tidak akan habis. Setidaknya kalau aku mati kali ini, aku masih bisa menegakkan kepala. Aku mati karena dikeroyok. Aku berdoa kepada Pa'agrio agar melindungiku sambil memejamkan mata.

"ZZZRTTTTTTTT....Kraackk....ZZZZZRTTTT..KRAKKCKK..!!" Terdengar seperti suara orang menyeret. Aku belum berani membuka mata, aku berdoa terus menerus agar aku diberikan kematian yang tidak sakit. Sesaat kemudian tidak ada lagi suara-suara. Aku membuka mataku perlahan dan menoleh ke sekitar. Tidak ada skeleton satupun. Yang ada hanya kamael yang sejak tadi mengamatiku dari jauh.

"Kau menolongku?" tanyaku kepada kamael itu. Seorang kamael yang tidak sekalipun menghilangkan sikap angkuhnya.

"Gue Stylers, sudah gue bilang kan, lo ga layak disini." Kata Stylers sambil tertawa terbahak-bahak.

"Kauu...!!" Aku berusaha menyerangnya, tetapi karena aku sedang sekarat akhirnya aku terjatuh lagi. terlalu menyakitkan kegagalan seperti ini.

"Kebetulan party gue butuh seseorang, loe mau melengkapinya?" Tanya Stylers

"Are you mad bro?" Jawabku penasaran. Kamael yang tadi menghinaku memintaku untuk bergabung dengannya.

"Ga perlu sok Inggris, Loe mau ga?" tanya Stylers sambil mengangkat pedang seperti hendak menebasku.

Aku terpaksa menyanggupi permintaan party Stylers. Selain karena aku tidak ada pilihan lain karena GuzCakep juga tidak kunjung datang kembali, aku juga ingin balas budi karena ia menyelamatkanku dan memberikan aku sejumlah potion penyembuh.

Stylers mengajakku ke atas Gunung. Dia menebas semua monster yang ada di gunung dengan cepat. Kami sampai di sebuah batu besar, terlihat anggota party Stylers yang lain sedang duduk sambil bergurau. Mereka membicarakan lawan clan war mereka yang pernah mati disini.

Kulihat sekeliling, tidak ada monster skeleton lagi. Hanya ada monster yang besar. Teramat besar sehingga orc sepertikupun merinding.

"Tunggu apa lagi ayo cepat mob!!" teriak Stylers sambil melotot.

"Ayo jangan bengong sekarang mob !!" Tambahnya sambil menendangku.

"Mob raksasa itu?" tanyaku sambil mengeluarkan Strider peninggalan Sapi, ntah dimana dia sekarang. Kalo sapi masih ada tentu hidupku akan lebih baik karena dia selalu menyelamatkanku ketika hunting.

"Kenapa? Lo takut? Ato memang lo ga layak disini?" Celoteh Stylers diikuti teman-temannya tertawa terbahak-bahak.

"Iya..iya.." Kataku mengangguk terpaksa. Sebenarnya aku takut, tapi apa boleh buat. Andai ada yang bisa menyelamatkanku dari kekangan burung ini.

Aku berlari mengelilingi gunung, banyak monster Doom dengan tombak panjang yang mengejarku. Aku mempercepat lari hingga kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur. Saat aku terjatuh, kulihat tubuh monster-monster tadi hancur ditabrak Stylers dengan mudah.

"Ayo mob lebih banyak, dasar lemah!!" teriak Stylers yang lagi-lagi diikuti suara tertawa dari teman-temannya.

"Bughhh!!" terlihat seorang dark elf mengayunkan perisai ke arah muka Stylers. Stylers berlari sambil mengeluarkan pet monyet yang aneh. Pet itu menyerang sang dark elf namun tidak dihiraukannya. Setelah melintas di depanku aku baru sadar sepertinya aku mengenal dark elf itu. Tidak begitu lama tubuh Stylers roboh. Stylers berhasil dikalahkan namun tidak dengan yang lain. Anggota party yang lain tiba-tiba menghilang ntah kemana. Begitu juga dengan Narraku.

Akhirnya aku mengingat siapa dark elf itu. Dia adalah Narraku. Aku masih mengingat lambang ETERNITY di dadanya. Aku hampiri Stylers yang sedang terbaring sekarat dan berkata:

"Kayaknya lo belum layak disini :p"



Part 3. Tarantula                                                            Part 5. Be Carefull

Thursday, September 6, 2012

Part 3. " Tarantula "

 

Berjalan dengan tebalnya salju kota Schutgart membuat kakiku letih. Claw tuaku nampaknya sudah tidak layak lagi untuk dipakai. Tapi apa boleh buat, aku tetap harus meneruskan perjalananku lolos dari Frozen Labyrint yang suram ini. Setelah dikeluarkan dari ETERNITY, aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Jadi tidak hanya monster yang akan memangsaku, tetapi juga orang gila yang ingin mengoleksi soul dari orang yang di PK.

Apa sih yang diinginkan clan besar. Kebanyakan dari mereka sombong. Cukup tahu sudah, clan besar tidak akan mau menerimaku begitu saja. Mereka hanya mempermainkanku. Apapun alasannya, yang jelas aku sudah dikeluarkan dari ETERNITY. Padahal dulu aku sempat bermimpi untuk menjadi salah satu yang terbaik di ETERNITY. Sudahlah yang penting gimana aku bisa hidup sekarang. Persetan dengan mereka semua. Dimuliakan dengan pengembaraan, hmmphh..omong kosong. Bilang saja tidak mau menjadikanku bagian dari ETERNITY. dasar bertele-tele.

"Crassshhh.." Seekor Tarantula menyerang lukaku yang baru sembuh. Terasa nyeri hingga aku hampir pingsan. Hugh..tau aja kelemahanku dasar monster genit.

Aku lari sebisaku hingga menemui persimpangan jalan. Sepertinya kali ini aku tersesat. Dari cerita penduduk sekitar yang aku tahu, Frozen Labirint memang banyak meminta tumbal. Banyak legenda yang tidak kembali selama-lamanya setelah lancang memasuki area Schutgart yang satu ini. Tarantula tadi langsung menerkamku. Aku jatuh tersungkur dan kepalaku masuk ke dalam salju. Yah sepertinya aku mati kali ini.

"Prakk....Buggg...Prakkk...Wuffff." Terdengar seperti suara ayunan golok atau sejenisnya. Sesaat kemudian ada yang menarikku hingga kepalaku keluar dari salju.

Pelan-pelan aku buka mataku. Kubasuh muka yang belepotan akan salju yang mengkristal. Setelah mataku terbuka lebar, aku melihat seorang wanita dengan tubuh agak gempal sedang membawa sebilah tombak runcing. Dia membantuku bangun. Aku terbengong. Malu karena ditolong seorang wanita dan bingung ternyata ada wanita yang kuat juga. Padahal ibuku yang seorang Orc Shaman tidak seperti itu. Apakah ini yang membuat derajat human lebih dari orc, karena mereka mengenal emansipasi sedangkan orc tidak?

"Aku Revallina, mau bergabung denganku?" Tanya wanita itu dengan lantang. tak sedikitpun ada keraguan dari tata bicaranya. Dia seperti sudah terbiasa dengan monster yang ada disini.

Revallina mengenakan armor yang sepertinya berat untuk ukuran seorang wanita. Dia begitu dingin sampai salju di Schutgart-pun tidak membuatnya menggigil. Aku jadi malu karena mengeluh dengan apa yang aku alami selama ini.

"Hey, Kamu mendengarku?" aku tersentak kaget. Aku yang baru mengantongi sertifikat level 45 ditampung di clan. Biarpun bukan clan besar, aku rasa aku perlu mencobanya.

"Iya...tentu..mmmhh..ada syarat khusus?" Tanyaku penasaran. Aku harus berhati-hati agar tidak mengalami kejadian dikeluarkan dari clan kedua kali.

"Tidak ada, hanya perlu orang untuk naik level clan." jawabnya singkat.

Astaga benar kan...tidak ada yang mau benar-benar menerima Tyrant sepertiku. Aku hanya dibuat pelengkap agar clan naik level, setelah itu pasti aku akan dikeluarkan lagi. Kenapa Pa'agrio selalu memberikanku ujian yang seperti ini. Walaupun setengah hati, aku terpaksa menerima ajakan Revallina, daripada aku tidak jelas akan kemana. Minimal ada petunjuk jalan agar aku tidak tersesat.

"Mulai sekarang kamu adalah anggota clanku, jangan sungkan untuk meminta bantuan clan ya, jika butuh apa-apa, coba hubungi Recheese dulu." Kata Revallina sambil memandu jalan untuk kembali ke Scutgart. Dia memperkenalkan Dwarf tua yang ada di sampingnya.

Schutgart adalah kota yang dingin, mungkin itu yang membuat kota ini tidak begitu ramai. Tapi disinilah aku menemui teman-teman baru yang solid. Hunting bersama dalam party, bercanda sesuka hati dan juga menemui teman-teman yang baik, salah satunya ya Sapiimud.

"Lo lagi ngapain Rik? hunt yok..gatal pake karmian..pengen pake avadon lagi." Kata Sapiimud sambil memelas.

"Levelmu kekecilan sapi, kamu tidak akan bisa menerima pengalaman yang jauh dari levelmu, kamu bisa mati nanti." Kataku menjelaskan. Sebenarnya Sapi sudah mengantongi sertifikat level 52 sama sepertiku, tetapi sertifikatnya dicuri oleh lawan clannya sehingga dia sekarang hanya mengantongi sertifikat level 31. Semenjak itu Sapi leave clan dan masuk ke clan yang sama denganku.

"Ya lo turunin level lah, biar bisa hunt di Oren kita, jangan bilang lo udah kaya, mukamu masih keliatan miskin."Kata Sapi menggodaku. Elven elder ini memang merepotkan.

"kalo aku turunin level, aku pake senjata claw lamaku dong...ah masa downgrade..." kataku seraya menolak.

"Aku pakai vitality energy kok, ni kamu aku bagi biar cepet juga naiknya." Kata Sapi sambil menyodorkan Album L2 Apotek yang berisikan berbagai macam barang.

"Nah kalo itu aku mau." Ujarku menyanggupinya. Berikutnya aku sengaja menggelontorkan levelku hingga level 45 agar dia juga bisa mendapatkan sertifikat yang sama denganku.

Menggunakan vitality sungguh ajaib. Aku dan Sapi naik level melesat jauh dari sebelumnya. Hingga tanpa sadar aku sudah mengantongi level 63. Segalanya berubah seketika. Adventure Guide sudah tidak mau memberikanku buff penguat agar aku bisa hunt dengan lancar sedangkan buff dari Sapi hanya beberapa dan tidak ada yang menambah kecepatanku bergerak. Situasi ini sangat sulit mengingat sekali mati aku akan kehilangan sertifikat-sertifikatku.

Kejadian sulit tidak hanya sampai disitu. Karena clan tidak memiliki clan hall, banyak teman-teman di clan yang leave untuk masuk ke clan yang mempunyai clan hall. Revallina-pun memberikan clan kepada temannya dan dia masuk ke clan besar, Britaniah.

Aku dengar, jika clan memiliki clan hall, maka pelayan clan hall akan memberikan buff selama 20menit. Aku jadi teringat dengan clan hall ETERNITY. Ah masa lalu yang memilukan. Clanku yang sekarang sudah tidak mungkin lagi didiami. Akhirnya aku memutuskan untuk no clan.

Aku kembali pindah ke kota Rune. Kota yang megah dengan kastil di atas laut yang indah. Kota ini begitu ramai akan clan-clan besar. Mungkin masa depanku akan lebih baik jika disini. Bergegas aku berbicara dengan gatekeeper untuk menanyakan tempat hunt yang cocok denganku dan kemudian dia memindahkanku ke Forest Of Dead.

Seperti dengan namanya, Forest of dead sangat mengerikan. Aku yang mengandalkan buff potion kewalahan untuk menghadapi monster disitu, terutama jika malam hari. Lagi-lagi harus bertemu dengan monster yang aku benci, tarantula. Tarantula raksasa yang lapar akan memangsa siapa saja yang menganggu teritory-nya. Sialnya, kali ini aku kesana kelewat malam.

Berbekal kepercayaan Pa'agrio selalu menyertaiku, aku tetap melawan walau sangat berat.  Tarantula-tarantula raksasa langsung menyergapku. Aku serang tarantula itu dengan Artho Nailku. Meski bukan barang top grade, senjata ini termasuk kebanggaan karena bukan senjata jenis imitasi ataupun common item, ada Spescial Ability - RSK Haste menyertainya. Karena terlalu banyak tarantula dan persediaan potionku terbatas aku berlari ke tempat aman. Kulihat siku kiriku terluka dan mengalami pendarahan yang hebat. Aku berhenti sejenak dan duduk di bawah pohon untuk meringankan lukaku.
"Lagi-lagi tarantula, ah sial." kataku dalam hati.

"Ini..ambilah." Seseorang menyodorkanku selembar perban. Tidak lama kemudian tubuhku terasa dingin dan merasa sangat ringan. Aku menggerakkan seluruh tubuhku dengan leluasa. Belum pernah aku merasa sehebat ini. Luka-lukakupun sembuh, ajaib sekali. Aku lirik lelaki aneh yang tadi memberikanku perban luka, sepertinya Lelaki itu sedang membaca mantra. Aku acuhkan saja dia dan hendak kembali berburu monster. Sebelum aku terlalu jauh, Dia menepuk pundakku dan berkata :

"Aku GuzCakep."



Part 2. Badai Salju                                                            Part 4. Silat Lidah


Wednesday, September 5, 2012

Part 2. " Badai Salju "



Aku seperti bermimpi merasa dingin yang menusuk tulang, Suasana badai salju yang menyeramkan dan dipadu dengan banyaknya srigala-srigala Kutub yang mencari makan. Sesekali srigala itu melihat ke arahku namun kemudian diacuhkannya.

"Untung ini hanya mimpi." Kataku dalam hati sambil berupaya untuk melepaskan diri dari tebalnya es yang mengekangku.

Belum juga aku melepaskan diri, srigala-srigala itu menyerangku. Tanganku tergigit dan darah mengucur deras. Sakit bukan main kurasakan. Aku baru menyadari jika aku tidak sedang bermimpi. Gerakanku mengakibatkan srigala-srigala itu mengetahui kehadiranku. Oh Tuhan, aku bukan makanan srigala...

"Crackkkkk!!." Kepala salah satu srigala itu aku benamkan ke dalam salju. Baru satu yang aku lumpuhkan, masih ada belasan lain yang sedang menerkamku. Situasi ini membuatku mulai gelisah. Setengah tubuhku Tenggelam dalam salju dan setengahnya lagi sedang diupayakan untuk mengisi perut srigala. Kematian yang tidak elit gumamku dalam hati.

"Byurrrrrrrr." Belasan srigala kelaparan tersebut mati seketika. Sayup-sayup kudengar ada suara kuda dari kejauhan. Dari balik kabut seekor kuda mendatangiku dan menggali salju yang mamasungku.

Kejadian yang terlalu cepat ini membuat aku tercengang. Muncul di hadapanku seorang elf dengan maju putih mirip kimono. Tapi dari bentuk tubuhnya, dia bukanlah seorang wanita. Apakah aku sudah di surga pikirku dalam hati.

"Kamu tidak apa-apa?" Kata seorang Elf. Dia terlihat ramah dan dari bahunya aku tahu dia juga salah seorang prajurit clan ETERNITY. Logo ETERNITY memang sangat mencolok dibandingkan logo-logo clan lain. Gambar Zigma menyala di atas background hitam. Seperti menunjukkan ETERNITY itu pelita yang terang dengan jumlah yang besar untuk menerangi dunia, ah aku terlalu mengagungkan clan kebanggaanku.

"Amduscias ya? terima kasih sudah menolongku" Kataku sambil melirik kuda biru yang tadi menolongku.

"Oh..kamu sudah mengenalku." Kata Elf itu sambil tersenyum. Seolah dia sudah terkenal. Terbukti seorang academy sepertikupun sudah mengenalnya.

"Tentu, siapa yang tidak mengenalmu." Pujiku karena dia telah menolongku. Padahal sebenarnya aku sama sekali tidak mengenalnya. Aku mengetahui namanya karena pada tubuh kuda yang menolongku terdapat tulisan seperti tato yang tertulis demikian . Untungnya tebakanku benar. sungguh cara sok kenal yang manjur.

"Yah jelas dia tahu dudut, kan di kudamu ada tulisannya." Kata seseorang dari balik kabut yang berkali-kali menutup bagian tubuhnya sambil berusaha menyingkirkan Amduscias dari pandangannya.

Ah suram. Mengapa dia bisa tahu. Dasar dark elf iblis. Apa semua Dark Elf dibekali jurus untuk membaca pikiran orang si. curang banget kalo emang gitu.

"Saya lust, ini ambillah, tugasmu telah selesai." Tambahnya lagi sambil menyodorkan 1 kantung dan 1 gulungan mysterius. Setelah aku raih hadiah yang aku dapat, female dark elf dengan baju serba putih itu menghilang ntah kemana.

"Kamu akan membutuhkannya kelak." Kata Amduscias kemudian ikut menghilang dari balik kabut.

Aku terdiam beberapa saat. Bingung harus bagaimana. Aku pandangi kantung dan gulungan yang ada di tanganku sejak tadi. Aku toleh ke armorku, sudah tidak ada lagi lambang ETERNITY. Apa aku sudah dikeluarkan? Apa aku tidak layak bergabung dengan ETERNITY? Mengapa aku diasingkan di tempat seperti ini?

"Praakkkkkk.!!?!." Aku lemparkan kantung pemberian dari dua orang aneh tersebut hingga membentur batu dan robek. Setelah aku amati, dari dalamnya keluar sesuatu yang berkilauan. Aku hampiri lagi kantung yang ingin aku buang tadi. Kantungnya kurobek dengan Claw yang aku punya. Dari dalamnya kutemukan tulisan yang sesaat setelah aku baca menghilang begitu saja.

Kalo aku lulus kenapa aku dikeluarkan dari clan? Aku bingung bukan main. Aku berteriak sekencang-kencangnya hingga menggema. Sesaat kemudian terdengar suara seperti berbisik di telingaku. Suara yang mirip dengan suara Ketua ETERNITY, Atlantis yang berkata:

 "Kamu akan tahu apa yang kamu lakukan setelah kamu dimuliakan dengan pengembaraan."


Part 1. Orc Monk                                                            Part 3. Tarantula 

Sunday, September 2, 2012

Part 1. " Orc Monk "

 
"Hey kamu, mondar -mandir dari tadi, mau bantu clan?" Tanya Daywalker, seorang Dark Elf yang mengerikan dengan tulisan DayWalker di dadanya. Aku menyebutnya mengerikan karena armor yang dikenakannya membuatnya terlihat seperti vampire. Armor Coklat dengan dua replika sayap menjulang panjang ke atas. Tatapannya begitu tajam sehingga aku tidak berani untuk menatap matanya terlalu lama.

"emh..Ada yang bisa dilakukan oleh orc level 5 buat clan?" Jawabku dengan sedikit gemetar.

"Hahaha, tentu ada, kamu bisa masuk academy Eternity yang nantinya akan digaji, menarik bukan?" Ujarnya sambil tertawa seperti mengejek.

Aku Berpikir keras. Mengapa seorang Dark Elf menawarkan aku pekerjaan. Dari cerita ibuku yang seorang War cryer, Dark Elf itu sosok yang dingin, tidak kenal belas kasihan dan tidak segan-segan membunuh. Mengapa yang aku temui kali ini lain. Tapi itu semua tidak mengurangi rasa keingintahuanku untuk mencobanya. Setidaknya, Paagrio selalu melindungiku agar aku bisa pulang ke kota saat aku sekarat. Jadi aku tidak perlu lagi takut akan bahaya.

"Iya, Saya ikut kk." Jawabku dengan optimis.

Daywalker mengajakku  memasuki Clan Hall ETERNITY. Clan Hall yang bernama Luna Chamber. Penjaganya yang ramah mengajakku masuk dan membuatkan aku teh. Tidak begitu lama, Daywalker mengenalkan aku pada ketua Clannya, Atlantis. Seorang Dark Elf yang berpenampilan flamboyant dengan headgear yang khas. Pada saat itu Atlantis langsung menyatakan aku sebagai anggota academy ETERNITY.

"Saya Narraku, Senang berkenalan denganmu." Ujar seorang Dark Elf yang mirip dengan Daywalker dan Atlantis, sama-sama mengenakan Perisai.

"Ya ampun. Aku masuk clan apa ini. Jangan-jangan clan ini isinya Dark Elf semua." Pikirku dalam hati.

"Kenapa? kamu kaget ya banyak dark elf di ETERNITY?" Celetuk salah seorang lagi dari belakangku. Seorang Dark Elf Female yang belakangan aku tahu namanya Buluketeq. Aku tahu dari tanda pengenal di dadanya yang berwarna ungu. Aku tersentak kaget, wanita itu seperti tahu jalan pikiranku.

Belum sempat aku menoleh, di depan mataku muncul seorang Dark Elf. Begitu dekat sehingga membuat aku tidak tidak dapat bergerak. Baju putih yang dikenakannya membuat dia terlihat seperti sosok hantu dengan rambut putih yang di sisir ke atas.

"Gw Spongebob." Kata Dark Elf itu dengan melotot. Dia seperti ingin menakutiku.

"Mmm...misi apa yang harus saya kerjakan?" Kataku dengan sedikit memberanikan diri. Terlalu banyak Dark Elf disini memang membuatku takut.

"Kami GILLIANT DAN ZILLIANT, mari ikut kami untuk menjalankan misi." Kata dua orang orc yang sepertinya kembar seraya mengangkatku dengan kasar. Begitu kasar sehingga kakiku terseret dan terantuk pintu.

"Oi...Mau dibawa kemana aku?"