Dalam masa pemerintahan DayWalker, Eternity sempat mengenyam masa kejayaan. Dihiasi dengan banyaknya member clan berpengalaman serta kekuatan hero yang melengkapinya. Namun di balik itu semua, DayWalker adalah seseorang yang Individualis. Seluruh kekayaan castle dijadikan hak milik olehnya.
Sore itu di medan perang..
Angin bertiup cukup kencang. Matahari dengan mata merahnya memanggang tanah lapang berbatu yang dihiasi dengan banyaknya noda darah yang mengering. Gumaman suara begitu banyak orang membuat suasana kian panas, Titik merah pada Matahari membiaskan cahaya pada tanah sehingga tampak berwarna orange.
Seperti sore-sore biasanya, Varka Silenos selalu ramai akan para Legenda. Dari sekedar memamerkan peralatan perang hingga melakukan pertarungan. Disini biasa terjadi ajang judi antara beberapa orang dengan jago-jagonya masing-masing. Tak jarang, clan war juga terjadi disini layaknya medan perang pada umumnya.
Aku menyeka mukaku yang sudah tak terlihat hijau lagi. Warna coklat lebih dominan akibat banyaknya debu yang melekat. Itu sangatlah wajar karena air adalah sesuatu yang mustahil didapatkan di tempat ini. Untuk sekedar melepas lelah, akupun duduk di sebelah penjaga Varka Silenos yang tak pernah aku kenal namanya.
Beberapa saat setelah aku beristirahat, seorang orc menantangku untuk bertarung diikuti banyaknya teriakan mengelu-elukanku untuk menjawabnya. Kulirik lawan yang akan kuhadapi, dia terlihat begitu gagah dengan Imperial Crusader yang melekat pada tubuhnya, Armor emas yang begitu keras dan besar. Di tangannya terlihat Demon Splinter yang tak jauh beda denganku.
Kemudian aku kembali melihat armorku. Aku hanya memakai Armor merah. Sekilas mungkin terlihat gagah dengan ukiran-ukiran berbentuk jaring, tapi armor ini lebih rendah dibandingkan dengan Imperial Crusader, armor yang sama seperti yang kukenakan sebelum aku dirampok ketika sedang tak sadarkan diri.
"Ayo Rikishi, Kamu yang terbaik !!" Ujar salah seorang assaassin. Terlihat assassin ini adalah seorang human.
"Jadi lo berani apa kaga ha?!?" Kata Orc besar tadi yang sepertinya menunggu untuk menghabisiku.
"Wufhghhghhh !!" Sebuah bola Api menghujam deras ke arahku. Namun tidak ada luka sedikitpun yang menggores kulitku. Serangan seperti ini sudah biasa kutahan.
Tak begitu lama, terdengar teriakan yang memekakkan telinga. Aku seperti mengenal jurus itu sebelumnya. Belum lama aku berpikir, Tangan dari Orc itu berputar seperti bor langsung menghujamku. Kali ini aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku mulai marah dengan perlakuan tak beradab yang kualami.
"Wuusshhhhhh" Aku terbang tinggi dan menghujam deras ke arah makhluk ijo itu. Aku terperangah karena tidak ada efek apapun setelahnya.
"Hurricane...Assasult..!!" Pukulan mata bor kembali menghujaniku dua kali. Kali ini sangat telak hingga aku terpental beberapa meter. Terguling-guling di atas bebatuan.
"Jangan remehkan TheJamban of SesameStreet !!" Lelaki itu membisikkan kata itu ke telingaku. Secepat kilat ia bergerak.
Tiba-tiba ada dua orang yang ada di sebelahku. Sepasang human yang kemudian membawaku yang sudah tak berdaya ke kediaman mereka. Dalam sebuah perkenalan, sang lelaki mengaku bernama QuetZ dan pasangannya bernama Alastriona. Mereka adalah teman-teman dari clan Kaskus.
Sebuah Fortres di kawasan Dion adalah markas dari clan Kaskus. Disana orang-orang menyambutku dengan ramah. Meski hanya tatapan sinis yang kusuguhkan kepada mereka. Alastrina dan QuetZ kemudian memapahku untuk masuk ke dalam fortres.
Aku terbaring di atas sebuah papan tua. begitu tua hingga seperti tidak mampu menahan berat badanku. Alastriona dan QuetZ kemudian mengambil batu untuk menyangga tempatku berbaring.
Dalam sakit aku berpikir. Bagaimana keadaan Eternity sekarang. Meski masih mengenakan lambang Eternity, aku seperti tidak mengenal clanku ini sekarang. Sudah tidak ada lagi semangat juang. Sejak kekuasaan berada di tangan DayWalker, hampir semua member clan berubah menjadi matrealistis, seperti halnya DayWalker. Mimpi untuk menjadi clan makmur dan sukses terbuang begitu saja.
"Sebenarnya lo tadi bisa menang kali, lo aja kebanyakan melamun." Kata Alastriona mengemukakan pendapat.
"Rikishi setahu gw ga secupu ini, kalo maho iya!" Kata QuetZ yang selalu bangga dengan tittlenya sebagai Ksatria Maho Suci.
Aku tetap terbungkam. Meski sekilas mendengarkan, aku tetap acuh. Aku merasa benar-benar sudah gagal. Bahkan untuk hidup sebagaimana mestinya saja aku tak mau memikirkannya. Dan sekarang, untuk makan saja mungkin harus orang lain yang menyiapkan.
"Kamu hanya kehilangan kepercayaan diri, bukan kekuatan." Alastriona kembali memberikan petuah. Ketua clan Kaskus ini seperti enggan untuk membiarkanku terdiam.
"Bergabunglah dengan Kaskus, niscaya kepercayaan dirimu akan kembali." QuetZ menyodorkan selembar kertas seperti formulir join clan.
Akupun memilih tertidur tanpa sedikitpun menyentuh kertas itu.
Part 18. Won The Duel













